Sebuah Renungan

Sebuah Renungan

 

Sumber gambar : https://thecathedral.ca

 

Ketika berbicara tentang keadaan negara, maka yang terlintas dibenak adalah bertambah banyaknya masalah yang menumpuk dan tak kunjung terselesaikan. Lantas, siapa yang bertanggung jawab atas semua ini ? Apakah kita serta merta harus menyalahkan pemerintah. Yang berlaku seolah raja diatas raja ?

Kini kalangan ataspun lupa akan janji-janji manis pada masa pemilihannya. Mereka terlalu sibuk memikirkan bagaimana caranya supaya kantong-kantong yang mereka miliki kian penuh tiap harinya. Lupa tugas mereka sebagai wakil suara rakyat. Lupa bahwa tugas mereka yang sebenarnya adalah memajukan negeri ini, bukan sebaliknya. Lalu, sebagai seorang pemuda. Apa yang harus kita lakukan saat ini ? tetap tenang menjalani kehidupan sehari-hari, dengan santai memantikkan rokok seraya bergurau seakan negeri kita ini dalam keadaan baik-baik saja.

Pantas saja pemuda saat ini kerap kali di sebut sebagai generasi micin. Yang otaknya hanya dikendalikan oleh benda kotak yang menyimpan berbagai macam fitur hiburan yang melalaikan. Mengahabiskan 24 jam yang berharga dengan membuka situs-situs yang tak bermanfaat. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuat caption yang tak bermutu. Memprihatinkan memang, terlalu banyak yang lalai dan menyalah gunakan media sosial untuk hal-hal yang menyimpang dan tak bermanfaat. Tidak hanya di dalam media maya. Di dunia nyatapun terlihat akhlak dan moral pemuda masa kini yang semakin merosot. Hanya karena hal sepele, berebut pacar misalnya, mengakibatkan tawuran terjadi dimana-mana. Memalukan bukan? Apakah tak ada hal lain yang lebih berbobot?

Kini dapat kita lihat rusaknya pergaulan pemuda saat ini. Mereka terlalu banyak terkontaminasi oleh hal-hal yang negatif. Berbeda dengan pemuda zaman dahulu yang berani mempertaruhkan nyawanya demi kesejahteraan negaranya. Sedangkan pemuda zaman kini berani mempertaruhkan nyawanya hanya demi narkoba. Pemuda zaman kini juga terlalu ciut nyalinya, di dunia maya babas berkata tanpa memikirkan etika, di dunia nyata bahkan tak terlihat batang hidungnya. Lempar batu sembunyi tangan.

Sudah 89 tahun berlalu sejak Sumpah Pemuda pertama kali dilakukan, selama puluhan tahun ini keadaan para pemuda dari tahun ke tahun terlihat kian memburuk. Kita seharusnya sadar dan bangkit, turut memikirkan nasib rumah kita di masa depan. Berkaca pada para pemuda dan pahlawan zaman dahulu. Yang tanpa pamrih dan mengharap imbalan demi majunya negeri ini. Yang berani secara langsung menyampaikan aspirasi-aspirasi yang dapat memperbaiki keadaan negeri ini. Merelakan waktu istirahatnya untuk mendiskusikan langkah apa yang harus dilakukan. Berteriak dijalanan dengan peluh keringat agar didengarkan suaranya. Kita seharusnya begitu, pemuda zaman ini harusnya berani melawan tantangan demi terciptanya suatu kebenaran. Karena jika sesuatu itu tidak pernah membuat diri kita merasa tertantang, maka hal itu tak akan pernah membuat kita berubah. Jangan pernah cepat merasa berpuas diri dan menyerah dengan keadaan. Bergerak dan berjuang demi kamajuan dan perbaikan negeri ini memang tidak mudah. Keikhlasan dalam hati dan niat terpuji semoga akan meringankan langkah gerak kita. Jenuh itu mungkin dan lelah itu pasti. Tapi segala niat dan usaha yang baik pasti akan membawa pada perubahan yang baik.

 

 

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Sejarah Berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau sering disebut dengan IMM merupakan Gerakan Organisasi yang berada dinaungan Persyarikatan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *