NILAI KURS DOLAR KE RUPIAH SAAT INI

Editor : Tim Redaksi Dekombat

 DEKOMBAT.COM – Jumat (27/3/2020), US$ 1 dihargai Rp 16.100 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tajam yaitu 1,08% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Dolar baru kembali menguat pada Oktober 2018, saat itu dolar menyentuh level Rp. 15.300, angka tersebut tercatat naik hingga Juni 2018. Pada tahun 2019 hingga awal 2020, dollar sempat stabil di level Rp. 13.500-an, barulah sejak wabah virus Korona semakin meluas penyebarannya di seluruh dunia, menjadikan nilai rupiah kembali anjlok, serta didorong dengan harga minyak mentah dunia yang krisis.
Kemudian, rupiah semakin menurun nilainya sejak awal bulan Maret 2020 atau pada saat Indonesia terindikasi kena penyebaran virus Korona. Sehingga nilai rupiah sampai pada tingkat Rp. 15.712 per US$ saat ini. Demikian nilai rupiah saati ini, hingga hampir pada Rp.16.000 per US$, juga membawa nilai rupiah ini pada posisi rupiah yang terlemah sejak krisis moneter tahun 1998.
Adapun penyebab lemahnya rupiah selain daripada virus Korona ada beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah perekonomian di Amerika semakin meningkat, guna memulihkan kondisi perekonomian di Amerika setelah terjadinya krisis di tahun 2008 menjadikan Bank Sentral di Amerika yaitu The Fed memiliki rencana untuk melakukan sebuah sistem yaitu pengadaan stimulus ekonomi. Rencana ini dilakukan di tahun 2013 untuk membuat dollar Amerika semakin menguat di kancah global sehingga suplai uang dollar pun akan mengurang. Dampak yang berbanding terbalik dengan yang dialami Indonesia sebagai negara berkembang, karena Indonesia mudah sekali terdepresiasi akibat pengaruh mata uang asing yang terus menekannya. Belum lagi adanya ketidakstabilan dalam perekonomian maupun krisis finansial akan sangat melemahkan mata uang rupiah.
Kemudian yang kedua, komoditas ekspor di Indonesia harganya menurun atau bahkan anjlok. Menurunnya permintaan ekspor barang dari berbagai belahan dunia akan menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi terganggu. Artinya bila ekspor menurun, maka rupiah akan melemah. Hal yang seharusnya terjadi adalah bila pemerintah ingin agar rupiah kembali membaik maka permintaan ekspor harus bertambah, dengan ajloknya permintaan barang ekspor, maka neraca perdangan pun akan semakin memburuk.
Selanjutnya, impor barang yang terlalu tinggi. Merosotnya ekspor di Indonesia tidak berbanding dengan permintaan impor barang-barang luar negeri yang semakin meningkat. Ini merupakan kesalahan dari masyarakat sendiri yang lebih senang dengan barang buatan luar negeri dibandingkan dengan buatan dalam negeri.
Faktor yang terakhir adalah faktor eksternal lainnya, ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kondisi lemahnya rupiah, seperti depresiasi mata uang Yuan di Tiongkok, krisis finansial di Yunani dan kenaikan suku bunga di Amerika menyebabkan rupiah turut terguncang.

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Pemilu dan Ekonomi

Sumber Foto Pemilu, atau bias akita kenal dengan “Pemilihan Umum,” adalah proses di mana warga …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *