Pemilihan Mahasiswa yang selanjutnya disingkat dengan PEMILWA adalah salah satu kontes demokrasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pesta demokrasi ini berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang di dalamnya terdapat beberapa partai yang mejadi peserta. Hadirnya PEMILWA tidak luput dari jasa BEM FEB periode 2016/2017 yang memasukan pesta demokrasi ini dalam program kerja, PEMILWA ini hadir agar terciptanya pesta demokrasi yang sebenar benarnya di ruang lingkup FEB. Akhirnya PEMILWA ini dapat terlaksana pada tahun 2017 bertepatan setelah lengsernya BEM dan DPM FEB periode 2016/2017 kemudian pelaksanaannya di pegang oleh tim transisi yang bertugas untuk membentuk KPU dan BAWASLU untuk pertama kalinya dalam sejarah demokrasi FEB.
Pada pesta demokrasi untuk kali pertamanya terdapat dua partai yang ikut serta dalam pesta ini yaitu Partai Kampus Matahari (PKM) dan Partai Amanat Nasional (PAM), partai tersebut mendaftarkan calon CAGUB CAWAGUB serta DPM. Kemeriahan pesta ini akhirnya dapat terlaksana untuk pertama kalinya dan kemudian di menangkan oleh PKM dengan perolehan suara selisih 153 dari PAM. Antusias pesta demokrasi pada waktu itu masih belum terlihat meggembirakan dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang ikut menggunakan haknya untuk memilih tidak sampai 50% dari jumlah mahasiswa FEB keseluruhannya. Sampai hingga tulisan ini di curahkan PEMILWA baru terlaksana 3 kali, masih sangat muda umurnya dan sangat jauh dikatakan untuk mencapai pesta demokrasi yang sangat meriah. Dapat dilihat di umur yang ke 3 ini PEMILWA mengalami posisi berlari ditempat dimana hanya terdapat 2 partai yang ikut serta sampai sekarang yaitu PKM dan PAM, dan bahkan mengalami kemunduran di tahun ke 3 ini yaitu di jumlah peserta pemilih yang menggunakan haknya berkurang dari tahun sebelumnya yang mengalami kemajuan dari tahun pertama. Lantas hal apa yang menyebabkan hal ini terjadi ?
Pada kontes demokrasi partai politik seharusnya memang ikut andil dalam permasalahan peserta pemilih, dimana partai menjadi korek yang membakar semangat pesta demokrasi ini. Membangun kesadaran demokrasi kepada mahasiswa umum, menciptakan euforia demokrasi yang sebenarnya, sehingga pendidikan politik ini pun masuk kepada mahasiswa itu sendiri agar tertanam di alam bawah sadar mereka, yang pada akhirnya meningkatkan kemeriahan pesta demokrasi ini. Terlepas dari itu bagaimana peran organisasi ekstra? Tak ubahnya seperti peran partai politik peran organisasi ekstra pun sangat dibutuhkan dengan massa yang sangat banyak mereka dapat membuat anggotanya dengan mudah mengerti bahwa pentingnya untuk ikut andil bagian dalam memeriahkan pesta demokrasi ini, akan tetapi fakta lapangan mengatakan hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pembentukan KPU dan BAWASLU yang tidak matang dan tergesas-gesa pun menjadi salah satu faktor penghambat sehingga mereka hanya mendapatkan waktu yang sangat singkat untuk mempersiapkan panggung demokrasi ini padahal mereka adalah gerbang pertama untuk menciptakan pesta tersebut, sosialisasi yang diberikan ke mahasiswa umum pun tidak dapat dilakukan dengan maksimal, jadwal yang kadang kala mendadak berubah seperti bom yang meledak tanpa aba-aba.
Bagaimana masa depan PEMILWA nanti apa bila tak ada perubahan yang membangun, hanya ada masa depan suram yang menanti. Seperti kata Michael Moore “demokrasi bukan penonton olahraga, ini adalah acara partisipatif. Jika kita tidak berpatisipasi di dalamnya, demokrasi terhenti”.
editor by tim redaksi, 2019