RABU: EKOFEMINISME (KRITIK SASTRA BERWAWASAN EKOLOGIS DAN FEMINIS)

Judul Buku : EKOFEMINISME (Kritik Sastra Berwawasan Ekologis dan Feminis) 

Penulis : Dr. Wiyanti , M.Hum., Dr.Maman Suryaman, M.pd., Esti Swatikasari, M.Hum.

Penerbit  : Yogyakarta Cantrik Pustaka, 2017

Tebal  : 148 Halaman, 13×19 cm

ISBN :  978-602-6645-29-6

Ekofeminisme sebagai salah satu aliran dan gerakan feminisme memiliki arti dan istilah nya sendiri. Ekofeminisme adalah salah satu pemikiran dan gerakan sosial yang menghubungkan masalah ekologi dengan perempuan. Ekofeminisme di perkenalkan oleh Francoid d`Eaubonne dalam le feminisme ou la Mort (Feminisme dan Kematian) yang terbit pertama kali pada 1974 ( Tong, 2003:366). Dalam bukunya tersebut di kemukakan adanya hubungan antara penindasan terhadap alam dan penindasan terhadap perempuan (Tong, 2006: 336. Gaard, 1993:13). Istilah Ekofeminisme yang di perkenalkan oleh d`Eauboone itu sepulu tahun berikutnya (1987) di populerkan oleh Karen j. Warren melalui “Feminism and Ecology: Making Connection” yang di publikasikan  melalui Enviromental Review 9, No 1. Dalam hal ini Ekofeminisme  memandang bahwa perempuan secara  kultural dikaitkan dengan alam.

Ada hubungan konseptual, simbolik, dan lingiustik antara feminisme dan isu ekologis (Tong , 2006:350). Isu-isu perempuan yang menjadi perhatian feminisme dalam hal ini di kaitkan dengan isu ekologis. Isu ketertindasan perempuan, yang menjadi perhatian feminisme, di kaitkan dengan ketertindasan ekologis. pertemuan keduanya melahirkan konsep “Ekofeminisme” yang memfokuskan perhatian kepada isu perempuan dan lingkungan. Sebagai salah satu tipe aliran pemikiran dan gerakan feminisme, ekofeminisme memiliki karakteristik yang sama yaitu, menentang adanya bentuk-bentuk penindasan terhadap perempuan yang di sebabkan oleh sistem patriarki, ekofeminise menawarkan konsepsi yang paling luas dan paling menuntut atas hubungan diri (manusia) dengan yang lain. Ekofeminisme memahami hubungan bukan hanya manusia lainnya, tetapi juga dengan dunia selain dunia manusia, yaitu binatang, bahkan juga tumbuhan.

Ekofeminisme memahami hubungan bukan hanya manusia lainnya, tetapi juga dengan dunia selain dunia manusia, yaitu binatang, bahkan juga tumbuhan. Dalam hubungan tersebut, sering kali manusia menghamburkan sumber daya alam dengan mesin, mencemari lingkungan dengan gas beracun akibatnya, menurut ekofeminisme, alam juga melakukan perlawanan, sehingga setiap hari manusia pun termiskinkan sejalan dengan penebangan pohon di hutan dan kepunahan binatang spesies demi spesies.untuk menghindari terjadinya itu semua, maka menurut ekofeminisme, manusia harus memperkuat hubungan satu dengan yang lain dan hubungan dengan dunia selain dunia manusia (Tong, 2006: 11).

Sama halnya dengan feminisme yang berkembang menjadi berbagai tipe aliran pemikiran, ekofeminisme juga bukan satu aliran pemikiran dan gerakan yang tunggal. ada beberapa aliran ekofeminisme alam, ekofenisme spritualis, dan ekofenisme sosialis, Tiap aliran ekofeminisme tersebut masing-masing  dalam memahami hubungan antara manusia, terutama perempuan, dan alam. Ekofeminisme alam di kembangkan oleh Marry Dally dalam Gyn/Ecology(1978) dan Susan Griffin dalam ”Woman and Nature “ (1978). Ekofeminisme alam menolak inferioritas yang di asumsikan atas perempuan dan alam, serta superioritas yang di asumsikan laki-laki dan kebudayaan. Ekofeminisme alam memandang bahwa alam/perempuan setara  dan barangkali lebih baik dari pada kebudayaaan/laki-laki. Selain itu , nilai-nilai tradisional perempuan, bukan nilai nilai tradisoinal laki-laki, dapat mendorong hubungan sosial yang lebih baik dan cara hidup yang tidak terlalu agresif dan berkelanjutan ( Tong, 2006-2073).

Ekofeminisme spritualis di kembangkan oleh dua penulis Amerika, Starhwk dan Charlene Spretnak. Dengan mendasarkan pada pandangan antroposentris yang mencoba membenarkan bahaya yang di sebabkan oleh manusia terhadap alam, sebagimana pandangan laki-laki terhadap perempuan, maka ekofeminisme spritualis berargumen bahwa ada hubungan yang dekat antara degradasi  lingkungandan keyakinan yahudi-kristen bahwa tuhan memberikan manusia “ kekuasaan” atas bumi ( Tong, 2006: 380).

Ekofeminisme sosialis berusaha menghilangkan penekanan terhadap hubungan antara perempuan dan alam (Tong,2006: 384). Ada beberapa pemikir ekofeminisme sosialis, yang ketika mencoba menjelaskan hubungan antara alam dan perempuan berbeda – beda , yaitu  Dorothy Dinnerstein, Karen J , Warren, Maria Mies, dan Vandana Shiva.

” Untuk mengahiri penindasan erhadap setiap orang dan segala sesuatu yang selama ini tidak di hargai harus di hancurkan pemikiran dikotomi barat, tentang perempuan dan laki – lak, karena usaha untuk meminggirkan perempuan dan alam dari laki – laki dan kebudayaan telah menyebabkan kita, bukan saja mencederai dan mengeksploitasi perempuan serta mebatasi dan mendeformasi laki – laki melainkan mendorong untuk terus berjalan ”Menuju Pembunuhan Yang penuh Amarah dan Ketamakan Terhadap Bumi yang Melahirkan Kita”

– Dorothy Dinnerstein –

Jadi Ekofeminisme berada dalam dua disiplin yang berbeda yang saling berkaitan, yang ekologi yang memfokuskan perhatian pada isu-isu alam dan lingkungan dan Feminisme, yang meberikan perhatian secara khusus pada isu-isu gender, sebagai aliran pemikiran dan gerakan sosial , Ekofeminisme mengidealkan adanya sikap dan tindakan manusia yang meberikan perhatian terhadap alam dan perempuan. Alam , seperti halnya dengan perempuan bukanlah benda mati, bukanlah objek yang boleh dan layak di dominasi dan dieksploitasi. Oleh karna itu, dalam berintraksi dengan alam dan perempuan, kita harus selalu menjagaa harmonisasi dan tidak di benarkan menganggapnya “Inferior dan Subordinatif”.

Author : Immawati Devi Novitasari

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

rabu: rembulan tenggelam di wajahmu

Judul : Rembulan Tenggelam di WajahmuPenulis : Tere LiyeTahun Terbit : 2006Penerbit : Republika Novel …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *