Harap Antre!

Harap Antre!

Sumber : Favim.com

Karya : IMMawati Hikmah Nur Sholihah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata yang baku digunakan adalah antre. Memiliki arti berdiri berderet untuk mendapatkan giliran atau mendapatkan sesuatu.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang luas. Menurut Biro Sensus Amerika pada tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia saat ini berada pada jumlah 261,1 juta jiwa. Sungguh jumlah yang luar biasa! Sedangkan pemeluk agama Islam pada tahun 2016 di Indonesia mencapai 85 persen dari jumlah penduduk. Dimana islam menjadi mayoritas di negara berkembang ini.

Bagaimana budaya antre di Indonesia?

Banyak ditemui toko makanan, mainan, supermarket, apotek, bahkan pedagang kaki lima di pinggir jalan ramai dengan antrean. Sebenarnya budaya antre sudah sangat dikenal di Indonesia sendiri. Sebagai negara yang mayoritas peduduknya muslim semestinya mencerminkan kehidupan berislam. Dimana antre menjukkan sikap yang rapi, tertib dan disiplin. Bukankah islam cinta kerapian? Tetapi mengapa budaya antre dan Islam dikaitkan? Sebab Islam terlalu sempit jika diartikan sebagai sebuah agama saja yang hanya ditunjukkan dengan sholat lima waktu, puasa, haji, membayar zakat dan semacamnya. Tetapi juga tentang nilai-nilai keislaman. Nilai yang diajarkan dalam Islam, seperti salah satunya adalah antre. Dimana Islam juga menekankan pada nilai-nilai yang baik. Ketika orang-orang ramai dan mereka membudayakan antre akan tercipta suasana yang tertib dan terlihat rapi sebab ada kesadaran untuk senantiasa disiplin pada setiap individu.

Sebagai negara yang besar sudah selayaknya budaya antre dijalankan dengan sangat baik. Selain itu di dukung dengan mayoritas penduduk Islam. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman, budaya ini sedikit demi sedikit mulai luntur. Dampak dari globalisasi juga menjadi salah satu faktor lunturnya budaya mengantre. Orang-orang menjadi lebih individualis, menjadi acuh tak acuh dengan sekelilingnya. Sering ditemui orang yang menerobos antrean dengan dalih sudah tidak ada waktu atau sudah terlalu lama menunggu. Rasanya sangat kesal jika melihat orang-orang yang suka menerobos antrean. Fenomena ini sangat mungkin terjadi dimana saja. Terlebih lagi, meski sudah tertulis “Harap Antre!” juga masih banyak pelanggar.

Harapannya dengan mayoritas penduduk pemeluk Islam maka kesadaran untuk mengantre juga tinggi. Memberikan pendidikan terkait antre juga sudah ditanamkan sejak duduk di taman kanak-kanak. Bukankah guru kita sudah mengajarkan bagaimana sepatutnya mengantre dengan benar? Saat ini meningkatkan kesadaran akan budaya mengantre menjadi sangat penting sehingga meski globalisasi menjadi salah satu tantangan faktor perubahan zaman tetapi budaya mengantre tetap tertanam dan terus dijalankan. Jadilah contoh untuk diri sendiri yang kemudian orang lain akan meniru. Sebab pepatah mengatakan “Satu teladan lebih baik daripada seribu nasihat” saya rasa begitu memang benar adanya.

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Sejarah Berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau sering disebut dengan IMM merupakan Gerakan Organisasi yang berada dinaungan Persyarikatan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *