Iman dan amal

Iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu sia-sia. Ada saja Muslim yang hanya mengaku beriman, tapi lalai menger jakan amal saleh. Padahal, jika memang benar-benar beriman, seharusnya melaksanakan ibadah dan amal kebaikan lainnya secara berkelanjutan. Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, yang tidak akan memberatkan. Namun, bukan berarti penganutnya dapat menggampangkan urusan agama dengan alasan yang dibuat-buat sendiri. Dalam buku berjudul “Kesepaduan Iman dan Amal Saleh”, Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka menegaskan bahwa pertanda kosongnya jiwa serta binasa nya hati. Yaitu, ketika seorang Muslim sekadar mengaku beriman, tapi enggan mengerjakan amal saleh secara berkelanjutan.
Hal itu sesuai dengan kondisi sekarang. Keimanan dan keislaman seseorang hanya dijadikan “topeng” untuk meraih keuntungan tertentu, seperti halnya dalam politik. Para politikus tersebut mengerjakan amal amal seperti membantu masyarakat kalangan menengah kebawah, Namun, untuk mengerjakan amal saleh mereka masih lalai. Padahal, iman dan amal saleh merupakan kedua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena, apabila salah satunya hilang, semua itu akan sia sia. Kita seakan akan mengerjakan sesuatu namun seperti tidak ada hasilnya. Maka dari itu iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu percuma/sia sia.
Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW: “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR ath-Thabrani). Dalam karyanya Buya Hamka menjelaskan tentang “Bagaimana seharusnya menempatkan porsi iman dan amal saleh secara tepat sesuai tuntunan syariat. Rasulullah sangat tekun melaksanakan ibadah dan amal saleh. Saat mengerjakan shalat, kaki Rasulullah bahkan sampai bengkak. Uangnya pun tak pernah tersimpan lama di rumahnya karena langsung disedekahkan. Allah menjadikan manusia sebagai makhluk teristimewa. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi sehingga malaikat dan iblis pun disuruh sujud padanya. Sementara, manusianya sendiri justru banyak yang mengabaikan perintah-Nya.” Berdasarkan kutipan diatas, kita seharusnya dapat memahami bahwasannya kita harus menempatkan porsi iman dan amal soleh secara tepat, kita harus bisa mencontoh perbuatan Rasulullah SAW, beliau orang yang dijamin masuk syurga oleh Allah SWT, tetapi beliau selalu meminta ampunan pada Allah SWT, dan mengerjakan amal amal secara terus menerus, betapa mulianya beliau, Masyaallah.
Mengutip dari perkataan Imam Al-Ghazali, ia pun pernah mengatakan kepada muridnya agar tidak menyia-nyiakan waktunya,  walaupun hanya sesaat untuk mengerjakan hal-hal yang tidak bernilai ibadah. Orang yang menyia-nyiakan waktu akan menderita penyesalan yang berkepanjangan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda, “Penduduk surga pasti akan menyesalkan waktu sesaat yang telah berlalu dimana ketika itu mereka tidak berdzikir mengingat Allah.” Kita sebagai hamba Allah SWT yang ingin menyempurnakan iman dan amal agar sesuai porsi, sepatutnya tidak menyia nyiakan waktu, gunakan waktu yang berharga itu untuk hal hal yang bermanfaat
Imam Al-Ghazali juga mengingatkan bahwa nasihat yang ia sampaikan hanyalah menyampaikan kembali nasihat Rasulullah SAW. Di antara sekian banyak nasihat yang disampaikan Rasulullah SAW kepada umatnya adalah sabda beliau, “Salah satu tanda bahwa Allah Ta‘ala berpaling dari seorang hamba adalah menjadikan hamba itu sibuk dengan perkara yang tidak memberinya manfaat. Apabila seseorang kehilangan usianya sesaat saja untuk sesuatu diluar tujuan ia diciptakan, yaitu untuk beribadah, sungguh ia layak mengalami penyesalan yang berkepanjangan. Barang siapa usianya telah melewati 40 tahun namun kebaikannya belum mampu mendominasi keburukannya, maka bersiap-siaplah ia masuk neraka.” Kita sebagai generasi muda hendaknya selalu beriman kepada Allah SWT dan mengerjakan amal soleh, agar kita tidak menyesal dikemudian hari, tunjukkan dan ajarkan adik adik kita caranya beribadah, dan caranya mengamalkan ilmu yang kita dapat, niscaya adik adik ini akan menjadi pribadi yang berguna di masa depan nanti, Insyaallah.
Setelah nasehat tentang perlunya menghargai waktu yang begitu berharga Imam al-Ghazali kemudian menekankan pentingnya mengamalkan ilmu. Sebab,  ilmu yang tidak diamalkan, hanya akan merusak pemiliknya. Al-Ghazali menukil sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang berilmu namun Allah tidak menjadikan ilmunya bermanfaat bagi dirinya.” (HR Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi)
Kata Imam al-Ghazali: “Wahai ananda! Janganlah kamu menjadi jadi orang yang bangkrut amalnya! Jangan pula kamu jadi orang yang hampa hatinya! Yakinlah bahwa ilmu tanpa amal itu tidak akan mendatangkan manfaat.” Begitu pentingnya masalah ilmu dan amal, sampai-sampai Imam al-Ghazali menegaskan: “al-ilmu bi-laa ‘amalin junuunun, wal-‘amalu bi-laa ‘ilmin lam yakun.”  (Ilmu tanpa amal adalah gila, dan amal tanpa ilmu tidak ada nilainya).
Dari kutipan kutipan perkataan Imam al-Ghazali tersebut, dapat disimpulkan suatu amal yang timbul bukan dari iman pada hakikatnya adalah menipu diri sendiri. Mengerjakan kebaikan tidak dari hati adalah dusta. Jika manusia menegakkan kebaikan tidak dari iman, akan telantar di tengah jalan. Lantaran tidak ada semangat suci yang mendorongnya, Jika seseorang telah mengakui percaya kepada Allah dan rasul- Nya, niscaya kepercayaan itu akan mendorongnya berbuat baik. Iman yang baik akan menimbulkan amal yang baik. Sedangkan, amal yang baik tidak akan ada kalau imannya tidak ada. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW: “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuat an tanpa iman.” (HR ath- Thab rani).

Semoga kita dapat menyesuaikan porsi porsi antara iman dan amal yang dapat kita lakukan, dan kita tidak terlalu banyak membuang waktu untuk mengerjakan hal yang sia sia
Aamiin.

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Sejarah Muhammadiyah : Muhammadiyah Setelah KH. Ahmad Dahlan Wafat

Pesan terakhir KH. Ahmad Dahlan sebelum wafat: “Nampaknya ajalku akan sampai, aku sudah tidak lagi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *