KEPELIKAN PERADABAN

Editor : Tim Redaksi Dekombat

Sunrise merekah seiring dengan beranjaknya kegelapan, tanpa sebuah beban ia melangkah demi mengenal peradaban, mengetahui kerusakan dan perbaikan yang sedang terjadi dialam semesta, ia siap untuk berkelana, bahkan ia sangat percaya diri akan dirinya hingga ia sangat bangga dengan tempat persembunyiannya saat malam hari, ia merekahkan semburat cahayanya sesuai dengan hal yang akan ia temui, walau ia sadar tak semua yang ia lewati merupakan hal yang selalu ia senangi tapi itulah dirinya yang selalu memetik hal yang membuatnya senang hingga ia tak sadar akan sekelilingnya yang senang akan dirinya dan pada akhirnya terjadilah perpecahan antara mereka. Tak satu langkahpun yang ia lakukan untuk mereka, bahkan ia hanya meninggalkan mereka tanpa pamit. Seiring bergulirnya waktu kini ia berada di puncak dunia, begitupula hal yang ia ketahui dari peradaban dunia hingga ia melampaui batas dan pada akhirnya sang awan hitam pun menariknya serta menikamnya dengan segala hal yang telah ia lalui, membolak balikkan cahaya,serta mencabik cabik kepercayaannya hingga tak ada yang tersisa, hingga ia tak dapat menerima hal lain lagi.

TIMBAL BALIK! Itulah yang sudah terencana olehnya, membuat sang awan hitam merasakan apa yang ia rasakan, tapi apalah daya, cahaya yang ia punya pun masih tersembunyi di dalam kumpulan sang awan hitam. Sampai kapanpun ia takkan pernah berhasil melakukannya,karena pada dasarnya ia hanyalah bersandiwara, bersandiwara terhadap dirinya sendiri, hingga akhirnya ia tersadar bahwa  hal yang berada disekitarnya telah meninggalkannya, ia tertinggal, tertinggal jauh sekali, terkecuali ia masih mempunyai sang langit, walaupun begitu sang langit yang bergeser dengan seiringnya rotasi yang berjalan serta saling menggantikan satu sama lain, itulah masa dimana ia benar benar berkelana terhadap peradaban yang sedang berjalan, hingga sang senjalah yang mengakhiri perjalanannya.

Sang mega merekah tanpa duka, menyambut datangnya langit yang begitu gelap gulita. Sang bintang pun bertebaran, saling berkedip, menghiasi sunyinya malam. Sang malam yang selalu bersama dengan sang langit, kini ia menghampiri sang bintang hingga sang  bintang menerangi sang malam, rotasi waktu bukanlah hal yang mudah untuk dilalui, terlalu banyak hal yang sudah dilalui oleh sang bintang dan sang malam lalui bersama, walaupun tak tercetak dengan sempurna, itulah kenangan,tak terlihat tapi menyanyat, hingga sang langit murka,dan mengambil sang malam kembali untuk bersama, hak sang bintang yang telah terambil oleh keserakahannya langit, hingga ia terasingkan pada siang hari. Lihatlah sang bintang yang semakin kecil meredup, cahaya yang ia pancarkan telah hancur. Tetapi, hancur bukan berarti hilang, hanya saja sesuatu yang terjadi sehingga menimbulkan kerusakan pada cahayanya. Sang hujan yang mengetahui hal yang telah menimpa sang bintang ia hanya dapat meneteskan semua yang ia punya, seiring berjalannya waktu, beratnya beban yang telah ia tampung selama ini, memburai dengan seiring derasnya apa yang ia jatuhkan, membuat senang para penggemarnya juga membuat kesal kepada siapapun yang tak mensyukurinya.

Sang petir menyambar, memekikkan telinga, dan memperburuk keadaan. Entah apa yang diingikan olehnya, seolah dialah yang berkuasa, menggertak sang bintang yang bisu, yang membuatnya selalu ingin pergi dari kehidupan alam semesta, sang petir yang selalu mengedepankan keahlian serta keagungan, apalah daya sang bintang yang hanya memiliki tubuh serta cahaya yang sangat kecil. Sang bintang yang selalu terlihat tegar serta mampu berdiri sendiri, tetapi ia juga mempunya hak untuk bertemu dengan bintang lainnya. itulah harapan yang ia miliki untuk mengembalikan lagi apa yang hilang, bertemu dengan bintang lainnya. Ia tak pernah memikirkan hal ini sebelumnya, karena ia sudah terlalu terlena akan menawannya sang malam hingga ia melupakan bagian terbesarnya, kalaulah ia tahu dimana kawanannya berada maka pada saat itu ia akan menghampiri mereka, dan kalaulah ia tahu kapan kawanannya datang kembali, untuk menghiasi langit yang gelap bersamanya, maka ia akan bertahan. Tapi apalah daya, ia sudah terlalu rapuh untuk melakukannya.

Pergantian hari yang kudamba tak sama dengan senja yang kucipta, jika pada saat itu aku dengan para dirinya mendapat senja yang begitu indah nan menawan, lalu haruskah sang malam yang akan kulalui hancur lebur tanpa suatu yang berkesan? jika ternyata semua seperti ini karena langkahku yang ceroboh, lalu mengapa  dirinya menuntunku kepada hal bodoh? jika semua karena perasaan yang selalu aku kedepankan, lalu mengapa dirinya tak mengingatkan? jika pada akhirnya berimbas pada hati akankah semua mengubah jalan yang telah diambilnya? aku selalu bertanya pada diriku sendiri, apa aku baik baik saja? apa kabar hati, apakah kau masih tetap utuh? lihatlah diriku begitu menyedihkan, lemah, kecil serta rapuh, tidak sama dengan orang lain yang begitu kuat, besar serta kokoh. Lihatlah diri ini yang lemah, yang selalu meminta serta menuntut kepada orang lain untuk dikasihi, yang selalu memikirkan dirinya dengan kecemasan terhadap semua yang terjadi pada dirinya sendiri. Lihatlah diri ini yang begitu kecil, yang selalu bersikap kekanak-kanakkan, seolah dunia berputar hanya untuk dirinya saja. Lihatlah diri ini yang begitu rapuh, yang tak pernah tegar terhadap semua cobaan yang diberi oleh tuhan, yang selalu tergores hatinya walau hanya suatu sikap yang menjadi hukum alam.

Akankah para dirinya membatuku untuk merubah semuanya menjadi lebih baik? bukankan dirinya yang mengungkapkan keahlian bukanlah suatu alasan yang membuat kita tetap bersama? tapi nyatanya, dirinya pergi meninggalkanku karena para dirinya telah disibukan oleh keahlian mereka. Kini aku sudah tak lagi berharap untuk kembali lagi, kembali bersama dengan dirinya, cukup disini aku tak ingin lagi bersamanya, walau terdengar egois pada awalnya tapi apa nyatanya? dengan diriku tetap bersamanya, tetapi itulah yang membuat ku semakin rapuh tak berdaya, mungkin inilah yang dinamakan patah hati, hingga akupun tak tau apa yang diinginkan oleh hatiku sendiri. tuhan, jikalah hati ini sudah tidak berwujud, ijinkanlah diriku untuk beristirahat sejenak. Bukan, bukan untuk melarikan diri dari apa yang sedang terjadi tetapi aku hanya ingin memperbaiki apa yang sudah rusak, membangun yang telah hancur, dan mengembalikkan semua yang telah hilang, diri ini lelah jika terus seperti ini, ijinkan aku beristirahat tuhan.

Author: Immawati Luthfia Aulia

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Cerpen: AKU MENINGGALKAN NYA KARENA ALLAH

AKU MENINGGALKANYA KARNA ALLAH Oleh: Immawati Fara Daffa “Sakit itu bukan saat kita di jaukan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *