Menuju Gerbang Istana

Menuju Gerbang Istana

Oleh : IMMawan Imaddudin Anhar

Pesta demokrasi yang di laksanakan pada hari Rabu tanggal 27 Juni 2018 adalah waktu yang di tunggu-tunggu oleh politisi tanah air. Dilaksanakannya Pilkada serentak yang diselenggarakan di 17 provinsi dari 34 provinsi sesuai dengan pasal 18 ayat 14 UUD 1945 kepala daerah di pilih secara demokrasi. Dimana pesta demokrasi besar ini akan menentukan nahkoda baru yang akan membawa masa depan bangsa ini. Perang politik hadir di depan mata. Ada 116 cagub dan cawagub dari 17 provinsi  yang akan berlaga untuk menduduki kursi 01 daerah. Dengan mahar yang begitu besar rela di keluarkan, Saat kekuasaan menawarkan beribu godaan, kejujuran pun diragukan, di bawah bujuk rayu  kehormatan dan materi, langkah  syaitan pun terjadi. Berbagai siasat telah di lakukan, memperkuat koalisi sebagai kunci kemenangan. Tidak jarang, para peserta sibuk melakukan siasat kemenangan dengan mencibir dan mencoreng satu sama lain tanpa ada solusi, serta serangan fajar tidak sedikit terjadi  untuk memuluskan jalan kemenangan, dengan kekuatan peluru rupiah yang mampu mengoyahkan benteng pendirian dan keimanan, rakyat miskin dan awam sebagai target sasaran.

Pada hakikatnya demokrasi merupakan langkah institusional untuk mencapai keputusan politik dimana setiap individu memiliki wewenang untuk menentukan perjuangn kompetitif atas sura rakyat. Menurut Abraham Lincoln demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people). Pemerintahan yang di putuskan dan di tentukan  oleh rakyat berarti mendapat mandat dari rakyat, pemerintah yang mendapat mandat dari rakyat berarti mendapat perintah dari rakyat, pemerintah yang mendapat perintah dari rakyat berarti harus menjalankan tugas dan kebijkan  untuk mensejahterakan rakyat, dan itulah yang harus terjadi di negri ini. Namun pesta rakyat tanpa kuasa rakyat adalah kegagalan besar demokrasi di negri ini, jika idealisme pemimin ialah kekuasan dan kemewahan akan seperti apa nasib bangsa ini, serta visi misi hanya dalih untuk meningkatkan elaktabilitas semata. Memilih pemimpin yang menghidupkan pengetahuan, kekuasaan bukanlah hal yang absolut karena rakyat bukan kerbau yang serba menurut, pemimpin bukanlah orang sembarang, mereka di pilih untuk lantang dan kencang  pemimpin bukan hanya mengursu kepentingan kekuasaan tapi menyelesaikan banyak persoalan. Jadi wajar rakyat memiliki harapan tinggi. Tapi, tidak rahasia lagi jika setiap pemimpin dan calon pemimpin masih mementingkan urusan pribadi dan golongan dari pada memperjuangkan hak dan kesejahteraan rakyat dan menyingkirkan nilai demokrasi. jutaan individu berbondong-bondong untuk datang ke Tempat pemungutan  suara (TPS), menentukan pilihan sebagai bentuk perjuangan untuk perubahan. Memilih calon yang yang betul mengurus publik bukan mengurus kepentingan partai partai politik, wakil rakyat yang berkinerja hebat. Jangan kita biarkan sistem politik yang tidak merubah apa-apa, lawanlah kejumudan dengan ke imanan membuat trobosan. Menentukan pilihan dengan cermat dan bijak demi mensukseskan pemilihan yang demokratis, dengan meilih pemimpin yang berintergritas.

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Sejarah Muhammadiyah : Muhammadiyah Setelah KH. Ahmad Dahlan Wafat

Pesan terakhir KH. Ahmad Dahlan sebelum wafat: “Nampaknya ajalku akan sampai, aku sudah tidak lagi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *