Satu Kata Untuk Mengawali Langkahku Ditempat peradu. “Rindu”

Satu Kata Untuk Mengawali Langkahku Ditempat peradu. “Rindu”

Karya : IMMawati Lia sSuradiyono

Satu tetes yang terjatuh dari mata, ku sematkan diujung jemariku. Satu kata untuk mengawali langkahku ditempat peradu. “Rindu”.

“Airmataku berlinang segera, jika terkenang zaman nestapa. Duka bangsa tak dapat ditahan, lahirlah kini pahlawan Johan. Wahai Satria belalah tanah airmu. Kobarkanlah dalam jiwamu api kemerdekaan..”

Semarak kemerdekaan telah lama usang. Sejenak aura kebebasan mulai berhembus pergi tanpa ucapan selamat tinggal. Terpampang di penanggalan, 10 November mengingatkan peristiwa gerilya tentara kita dengan pasukan Britania Jaya. Kemerdekaan saat itu tak membuat bungkam musuh yang tidak bisa merenggut ketahtaan.

Lupakan soal peristiwa sungai berdarah itu. Api yang menyala dalam dada Pancasila kian meredup. Kejayaan direnggut kesombongan dari jiwa-jiwa yang terjajah mentalnya. Jeritan dari liang terdengar menyayat hati. Ketika melihat pemuda lupa akan jati diri.

Pahlawan bukan melulu soal melawan penjajahan. Dimasa sekarang, melawan kebodohan dan membangkitkan semangat juang dari dalam diri untuk bangsa ini juga tak kalah hebatnya berjuang di medan perang. Pemimpin yang cinta keadilan, dan mengindahkan amanah Tuhan, bisa dikatakan sebagai “Hero jaman now”.

Hidup bukan masalah kenyang dan ambisi kekuasaan. Pahlawan bukan soal memenangkan pertempuran. Hidup dan pahlawan adalah dua kata yang berbeda namun tak dapat dipisahkan. Tanpa pahlawan, kita mungkin sekarang masih dialam baka. Dan kehidupan suatu bangsa tidak akan berarti jika hanya mewariskan harta benda tanpa mewariskan sikap menghargai dan opsi melanjutkan perjuangan demi kemaslahatan dan kemajuan ibu pertiwi.

Tugas kita bukan hanya bersorak tentang pemimpin yang kurang cakap. Berdiam dan larut dalam euforia mahasiswa hemat kuota, alias streaming youtube film korea dengan wifi kampus tercinta. Sungguh ku katakan, mahasiswa itu seperti sumur yang tidak tergali. Tidak tahu manfaat yang terpendam dalam raga yang penuh dengan iri hati. Bak telah terkutuk jaman penuh aliansi yang imitasi.

Jika ku ingin, kan ku putar waktu dan ku bawa ragaku bersama hembusan bayu. Kerinduan akan semangat juang dan tetesan keringat demi suatu keadilan. Ku inginkan semua itu, tanpa membawa kenangan sepahit-pahitnya air Beratawali. Yang merenggut panutan kami para anak dari titisan ibu pertiwi. Kerinduan tak bisa terealisasi saat kita hanya dam dan duduk diketahtaan yang tiada berarti ini. Bangun! Dan lakukan sesuatu yang dapat mengharumkan negeri yang syarat akan penindasan.

 

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Sejarah Berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau sering disebut dengan IMM merupakan Gerakan Organisasi yang berada dinaungan Persyarikatan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *