SOPHIE’S PEDIA Documentary Film The End Game : Ronde Terakhir Dekadensi KPK

 

DeKombat.com – SINOPSIS

Pada 14 Juni 2021, lahir dengan berani, sebuah film documenter garapan sutradara Indonesia; Dandhy Dwi Laksono, yang menceritakan tentang lika-liku Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia.

Dalam film dokumenter End Game, tersuguh kisah polemic yang dialami oleh para mantan pegawai KPK yang dinyatakan tidak lolos pada Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Mantan pegawai KPK yang tidak lolos berjumlah 75 orang. Dari jumlah 75 orang tersebut, 24 orang mantan pegawai KPK masih diberikan kesempatan dan diberikan pembinaan, sedangkan 51 orang mantan pegawai KPK, dinyatakan tidak lolos TWK karena masuk ke dalam kategori ‘Merah’ dan tidak dapat dilakukan pembinaan.

Para mantan pegawai KPK mengatakan jika tidak lolosnya mereka dalam Tes Wawasan Kebangsaan dan status penonaktifan mereka di KPK, merupakan Grand Design (rancangan besar) yang dibuat untuk melemahkan KPK. Selain itu mereka juga berpendapat jika Tes Wawasan Kebangsaan yang dilakukan hanyalah sebuah alat untuk menyingkirkan orang-orang yang menangani kasus-kasus besar korupsi di Indonesia.

Hal ini dikarenakan, soal TWK yang mereka hadapi tidak dibuat oleh Badan Kepegawaian Nasional (BKN) yang biasanya menangani seleksi ASN. Dalam film yang berdurasi hampir 2 jam tersebut, Dandhy selaku sutradara film End Game menyajikan juga cerita-cerita perjuangan mantan pegawai KPK ke jalur Hukum dan melaporkan maladministrasi ini ke Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia).

 

PERSPEKTIF

The End Game merupakan film documenter yang bersifat krusial dan turut andil dalam aspek hukum, politik serta problematika kebangsaan yang kerapkali dihadapi Indonesia. Dimana film ini cukup banyak mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan pemikir di Indonesia.

The End Game mengisahkan bahwasanya korupsi adalah tindakan sewenang-wenang yang dilakoni oleh pelaku-pelaku jas berdasi dalam konsesi pemerintahan yang bersifat alot dan memamah biak di kalangan pejabat tingkat atas. Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah korban mutlak dalam momentum budaya korupsi yang tak henti berfluktuasi serta simbolisasi dari godaan memperoleh kekuatan dan kekuasaan dalam tatanan politik pemerintahan.

Seperti yang kita ketahui, sebagai mahasiswa yang (seharusnya) diberkahi nalar berpikir kritis, paradigma bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk membentuk lembaga independen yang selama ini kita kenal sebagai KPK berguna sebagai investigator kinerja setiap lembaga di dalam pemerintahan.

Tugas, Pokok dan Fungsi lengkap dari KPK dapat terlihat dari Bab II Pasal 6 UU Nomor 30 Tahun 2002 yang didalamnya terdapat (5) tugas utama yang dibebankan pada lembaga KPK. Tugasnya ialah yang pertama, melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Kedua, melakukan Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Ketiga, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Keempat, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi. Dan kelima, melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.

 

 

Kini, kelayakan dari tupoksi utama KPK tinggalah narasi usang. The End Game menjadi napak tilas perjuangan menyuarakan penindasan KPK yang diketahui telah tiba di ronde akhir. Sebagai pecutan, Indonesia adalah Negara dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi keempat di dunia. Penduduknya didominasi oleh para pemuda atau lazimnya kita sebut bersama sebagai generasi penerus bangsa. Namun, menilik dari maraknya *Generasi Stroberi saat ini, apa yang bisa diupayakan oleh *Generasi Stroberi selain menikmati hidup konsumtif dan terlambat peka terhadap situasi dan kondisi hukum di Indonesia?

Lantas, mari kita sama-sama berpikir dan membayangkan, apa yang akan terjadi pada hukum Indonesia di masa yang akan datang?

 

Glosarium :

*Generasi Stroberi : Generasi Stroberi adalah sebuah neologisme bahasa Tionghoa untuk orang Taiwan yang lahir setelah 1981 yang “gampang mengkerut” seperti stroberi – artinya mereka tak dapat menghadapi tekanan sosial atau kerja keras seperti generasi orang tua mereka; istilah tersebut merujuk kepada orang yang insubordinat, manja, penyendiri, arrogan, dan malas kerja.

Istilah tersebut berkembang dari sudut pandang bahwa para anggota generasi ini dibesarkan dengan terlalu dilindungi oleh orangtua mereka dan dalam sebuah lingkungan yang kaya akan ekonomi, dalam perlakuan serupa dengan bagaimana stroberi ditumbuhkan di rumah kaca yang dilindungi dan dihargai lebih tinggi ketimbang buah-buahan lainnya.

 

 

Oleh : Team Sophie’s Pedia bidang Riset Pengembangan dan Keilmuan

 

 

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Sejarah Berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau sering disebut dengan IMM merupakan Gerakan Organisasi yang berada dinaungan Persyarikatan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *