CERPEN: Brandal Punky Tamantirto

Seperti biasanya Barno dengan memakai kaos pendek hitam oblong dan celana jins hitam yang robek dimana-mana mulai melangkah kearah kedai Pak Tarno. Pagi ini cukup cerah cukup buat menghibur hatinya yang kian menciut akibat ulah kedua orang tuanya. Barno salah satu anggota dari sebuah keluarga yang terkaya di desanya. Dengan tiga bersaudara yang mana dia adalah anak kedua. Sarah, yaa..kakak perempuannya yang mungkin bagaikan kembang desa di desanya yang punya paras yang cukup menawan bagi para lelaki di kampungnya itu. Tidak ketinggalan para suami-suami yang sudah mempunyai istripun tidak mau kalah untuk berusaha mendekatinya. Sejak kecil memang sudah lahir dari keluarga yang terpandang sifat angkuhpun dimiliki si gadis bak kembang desa ini. Lain dengan adik Barno yang mungkin aneh bisa dibilang idiot yang lebih memilih untuk menjadi kutu buku di kamarnya. Memang agak pendiam, sebut saja Guntur. Paras yang sangat tampan tapi apa daya tidak semua gadis menyukai laki-laki yang kutu buku dan aneh seperti itu.

Di kedai pak Tarno, Barno langsung nangkring dengan kaki diangkat satu di atas kursi mulai ngomel-ngomel sendiri sambil menunggu pesanan kopinya jadi dan segera dia menggapai gorengan yang depannya. “Ana apa to nang” (Tanya Pak Tarno sambil meletakan kopi pesanannya Barno)
“Kulo kesel nggeh Pak kaleh Romo lan Ibu” (Sambil makan gorengan yang diambilnya)
“Wes sek sabar to nang kabeh kui bakal ono dalane, Rama lan Ibumu ngono kui dwe kekarepan kue kui bisa dadi wong sek geguna” (Papar Pak Tarno dengan lembut)
“Wakakakakwkwkwk”( Terbahak Barno heran sambil melotot melihat Pak Tarno)
“Lho kue kui lho di nasehati wong tuo kok yo malah ngece” (Merengut Pak Tarno dengan nada agak tinggi)
“Pak Panjenengan iki kesambet nopo Pak biasane yo senengane ndagel iki bijak?” (Tanya Barno yang terheran-heran dengan kelakuan Pak Tarno yang tidak biasanya)
“Nggeh sampun Pak tak Bali Pak tak nenangke atiku pak, totale piro Pak?” (Berdiri sambil merogoh kantong celananya)

Setelah dari Kedai Barno berjalan menuju pangakalannya. Di sana dia tidak mendapati kawan-kawannya yang biasanya dengannya dan sering berbuat ulah di desanya tersebut. Barno kemudian duduk di kursi panjang yang ada di sana sambil memandang langit yang cukup mendung itu.

“Apa aku iki terlalu nakal? Apa aku kui egois banget?”(Bicara dengan langit yang di pandanginya)

Tiba-tiba suara langkah kaki-kaki mulai mendekatinya. Barno menengok belakang ternyata adalah seorang kakek tua renta yang sedang kebingunan.

“Mbah arep ngendi to?” (Tanya Barno dengan nada rendah dengan memegang pundaknya)
“Mbah arep ketemu anak si Mbah, Mbah wes ngenteni telu dino nang tapi ora bali-bali”(Dengan mata berkaca)

Sambil berfikir kenapa ada seorang anak yang tega meninggalkan orang tuanya di jalanan sampai beberapa hari. Tanpa sengaja Barno menengok samping itu adalah sebuah panti social buat lansia. Seketika dia menyadari kenapa Si Kakek ini dtinggal anaknya sendirian di sini karena berniat untuk membuangnya. Barno segera membawa kakek renta tersebut di panti social tersbut dan menyelipkan beberapa uang yang di kantongnya di saku Baju koko si kakek tanpa sepengetahuannya.

Dalam perjalanan pulang, sesampainya di rumah Barno mulai berfikir bahwa dia sangat beruntung memiliki kehidupan yang serba kecukupan mempunyai orang tua yang penyayang. Seketika Barno beranjak dari kamar tidurnya dan segera keluar kamar. Barno tiba-tiba teriak- teriak tidak jelas sambil memanggil Ayah Ibunya.

“Rama….Ibu….! (Teriak Barno)
“Iku lho pak putra kesayanganmu teriak-teriak ora jelas, wes bapak metu kono temui anakmu, Ibu wegah Pak makin nambah dino nambah soyo ajorrr” (Sambil meletakan kopi ke suaminya dengan wajah muram)
“Anaku yo podo anakmu to buk, Bener buk soyo ragenah ratata anakmu iku” (Segera meminum kopi melempar korang yang dibacanya dan berdiri menemui Barno)

About Tim Redaksi Dekombat

Website ini dikelola oleh Tim Redaksi Dekombat IMM FEB UMY

Check Also

Pisang dan Momo

Editor : Tim Redaksi Dekombat Sebuah kebun binatang di suatu kota sedang kedatangan penghuni baru. …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *